Tradisi Kungkum 10 Suro di Jatipohon
GROBOGAN- Warga Desa Jatipohon, Kecamatan Grobogan,Grobogan,Jawa Tengah memiliki sebuah tradisi yang masih tetap terjaga hingga saat ini.Setiap 10 Suro/Muharram warga Jatipohon gelar mandi atau kungkum bersama di pemandian Jatipohon.
Tradisi ini diikuti oleh orang tua hingga anak-anak. "Di tengah dinginnya angin malam, mereka mandi pada tengah malam sebagai ajang ritual untuk mandapatkan keberkahan," ungkap Kades Jatipohon, Eni Endarwati, Rabu (12/10).
Kades perempuan ini sangat aktif mempromosikan wisata di desanya. Eni sudarwati menjelaskan, secara turun temurun tradisi kungkum di malam sepuluh sura masih dilakukan masyarakat desa Jatipohon.
"Mereka akan mengikuti ritual tradisi mandi malam sepuluh sura kedatangan warga di pemandian Sumber Jatipohon tersebut diawali dengan pementasan kesenian rakyat dan arak-arakan barongan, makan ingkung atau daging ayam bersama-sama," ungkapnya.
Kedatangan mereka tidak hanya sekedar mandi, namun mereka mempercayai bahwa dengan mandi dan berendam di malam sepuluh sura akan membawa berkah tersendiri bagi mereka.
"Sebelum prosesi mandi bersama dilakukan terlebih dahulu dilakukan ritual dipinggir kolam renang serta menebar bunga di kolam renang, setelah ritual selesai mereka langsung menceburkan diri di pemandian Sumber Jatipohon," ungkapnya.
Kolam ini merupakan bekas bangunan di jaman kolonial Belanda.Tidak saja warga Jatipohon, dulu dijaman belanda juga nonik-nonik belanda juga memanfaatkan air yang terasa dingin kendati musim kemarau untuk mandi.
"Kami percaya mandi di malam sepuluh sura akan membawa berkah tersendiri seperti awet muda cepat mendapat jodoh menghilangkan penyakit rejeki lancar dan berbagai harapan warga dicurahkan dimalam sepuluh sura tersebut," aku Evi warga yang ikut mandi.
Indah, salah seorang remaja yang ikut ritual mengaku, selain meramaikan tradisi kungkum di Jatipohon juga menjaga tradisi di desanya yang selalu diikuti sejak kecil.
"Tradisi turun temurun ini harus dipertahankan untuk membuat wisata Jati Pohon Indah makin ramai," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Fitriyani, remaja yang juga ikut dalam tradisi kungkum mengungkapkan bahwa tradisi turun temurun yang dilakukan oleh warga merupakan sebuah tradisi yang wajib dilestarikan."Meskipun saat ini sudah jaman modern namun sebuah tradisi Jawa peninggalan leluhur harus kita jaga dan lestarikan," tambahnya.(RE)
Post a Comment
Post a Comment