Tim Sergap Datangi Petani Cek Harga Gabah
GROBOGAN - Panen padi telah tiba.Sayangnya panen yang seharusnya saat paling ditunggu petani, justru menjadi mimpi buruk. Pasalnya, harga gabah di tingkat petani berada di bawah ketetapan harga pembelian pemerintah (HPP).Memang sudah menjadi kebiasaan dan bukan rahasia lagi. Sejak lama petani di Indonesia tak pernah menikmati 100% hasil dari kerja keras mereka dalam waktu tiga bulan bercocok tanam padi. Posisi tawar yang rendah membuat petani tak bisa berbuat apa-apa saat harga anjlok.
Seperti dialami Amir,petani sekaligus anggota Gapoktan Sidomulyo, Desa Kedungrejo, Kecamatan Purwodadi, sejak panen seminggu yang lalu, gabah miliknya belum juga laku terjual. Ketergantungan terhadap tengkulak, membuat petani pasrah. Kondisi cuaca membuat tengkulak enggan membeli gabah milik petani, karena mereka tidak bisa melakukan pengeringan. “Tengkulak enggan membeli gabah milik kita. Karena gak ada panas, mereka tidak membeli gabah milik petani. Kalaupun membeli pasti dengan harga rendah,” keluhnya.
Amir menambahkan, gabahnya saat ini belum dikeringkan sama sekali, walaupun sudah seminggu dipanen, karena cuaca tidak mendukung. “Gabah hanya kita jemur didalam rumah, kita biarkan begitu saja,” tuturnya.
Tim sergap datangi Petani
Selama ini petani sudah terbiasa menjual ke tengkulak, meski dengan terpaksa menderita kerugian. Ini dilakukan lantaran petani belum tahu prosedur penjualan gabah maupun beras di Bulog. “Kita hanya orang kampung yang tidak tahu bagaimana caranya menjual gabah di Bulog,” tutur Amir.
Kedatangan tim sergap ke Desa Kedungrejo menindaklanjuti keluhan petani tentang anjloknya harga gabah di musim panen kali ini. Tim sergap yang terdiri dari Bulog 104 Grobogan, Kodim 0717 Purwodadi dan Dipertan Grobogan langsung menemui petani untuk mendengarkan keluhan mereka. “Penyebab anjloknya harga gabah disebabkan karena faktor cuaca. Pembeli enggan membeli karena tidak bisa mengeringkan gabah. Disamping wereng yang menyerang juga mempengaruhi kualitas petani,” jelas Kepala Bulog 104 Grobogan, Zufron.
Zufron menambahkan, pihaknya siap membeli gabah maupun beras dari petani sesuai kriteria yang telah ditentukan. "Di kami ada ketentuan 15persen 'broken' (beras pecah). Tatkala broken yang dikirim kemudian lebih dari 20 persen itu akan kami sesuaikan harganya," jelasnya.
Dengan kebijakan tersebut, Zufron berharap semua produk gabah ataupun yang sudah diolah menjadi beras oleh petani semua bisa tertampung di gudang bulog.Menurut dia, selama kendala persyaratan spesifikasi yang muncul hanya sebatas kadar beras pecah (broken) bulog masih bisa menoleransi dengan harga yang disesuaikan."Kecuali kalau masalahnya adalah kadar air. Di bulog, standar kadar air untuk beras yang bisa ditampung atau diserap dari petani tidak boleh lebih dari 14 persen," katanya.
Zufron menjelaskan, masalah kadar air menjadi komponen yang sensitif bagi bulog, karena berpengaruh terhadap penyimpanan."Karena bulog ini kan paling tidak minimal akan disimpan selama tiga bulan. Kalau kadar air lebih dari 14 persen, akan sangat mungkin beras ini akan berubah warnanya," kata Zufron.
Zufron menjelaskan, masalah kadar air menjadi komponen yang sensitif bagi bulog, karena berpengaruh terhadap penyimpanan."Karena bulog ini kan paling tidak minimal akan disimpan selama tiga bulan. Kalau kadar air lebih dari 14 persen, akan sangat mungkin beras ini akan berubah warnanya," kata Zufron.
Tim sergap menambahkan, pihaknya bisa menerima gabah kering panen (GKP) langsung dari petani degan ketentuan kadar air 19-25 persen dan kadar hampa 7-10 persen dengan harga Rp 3.750. “Semuanya tergantung dengan kualitas gabahnya,” pungkas Zufron.(IYA)
Post a Comment
Post a Comment