Pedagang Pasar Glendoh Tolak Relokasi
GROBOGAN- Paguyuban
pasar umum dan unggas secara tegas menolak adanya wacana relokasi pedagang
pasar Glendoh ke Pasar Unggas di Nglejok, Kelurahan Kuripan, Purwodadi. Hal ini
diungkapkan Aninda Dibya Wardana(50), salah seorang Ketua Presedium Paguyuban pasar umum dan unggas Puwodadi saat ditemui di kantornya di Pasar Glendoh, hari ini.
Keengganan para pedagang bukan tanpa alasan, sejak adanya wacana
relokasi pedagang sejak bulan Agustus 2011, pedagang dijanjikan akan dilibatkan
dalam pemilihan lokasi dan proses pembangunan. Namun pada kenyataannya, sampai
terbangunnya pasar unggas yang baru, pedagang pasar Glendoh sama sekali tidak
pernah dilibatkan. “Kesepakatan awal, pemda menyetujui untuk survey lokasi kita akan dilibatkan. Namun
kenyataannya tidak,” jelas Aninda.
Pernyataan yang sama diutarakan Edi Cahyono, pengurus yang lain, pada
waktu sosialisasi pemindahan pasar yang diadakan di Rumah makan Sukarasa, paguyuban merasa
terkejut karena tiba-tiba telah muncul DED pasar yang baru. Padahal pedagang
belum pernah diajak bicara. “Janjinya dulu mau diajak musyawarah. Karena
pedagang lah yang tahu kebutuhannya. Terus terang saat ini kami resah,” akunya.
Dalam pasar unggas baru
terdapat 16 kios, 77 los, dan 260 los ojokan. Kemudian, di dalam pasar unggas baru ini dilengkapi
dengan tiga unit rumah potong tertutup dan satu tempat pengolah limbah. Namun
hal ini tidak sesuai dengan jumlah di pasar lama yang jumlahnya lebih banyak.”Untuk
pasar lama, ada 41 kios, 45 los dan 265 dasaran. Dan sekarang jumlah seluruh pedagang yang tercatat dalam paguyuban berjumlah 480 pedagang. Terus pedagang yang lain akan
ditempatkan dimana. Jika kami dilibatkan, pasti tidak akan seperti ini,” tambah
Siti Pujiastuti, pengurus yang sudah puluhan tahun berdagang di pasar Glendoh.
Saat ini, untuk pengelolaan limbah, para pedagang pasar Glendoh
melakukannya secara swadaya. Setiap hari dilakukan penyedotan secara swadaya
sebesar 300 ribu. “Agar tak mengganggu masyarakat sekitar, setiap hari limbah
kita sedot secara swadaya tanpa melibatkan dinas terkait. Pembuatan IPAL pun
kita buat sendiri dengan meniru IPAL di RPU Penggaron, walaupun pembangunannya
kita sesuaikan dengan kemampuan kita,” jelas Siti.
Para pedagang berharap, jika menghendaki adanya relokasi, hendaknya para
pedagang dilibatkan dalam setiap prosesnya. “Yang menempati itu kami, jadi
harusnya dilibatkan,” pungkas Siti. (iya)
Post a Comment
Post a Comment