Pembangunan Jembatan Menunggu ADD Cair
KRADENAN- Pembangunan jembatan maut di Desa Rejosari, Kecamatan Kradenan , Kabupaten Grobogan sampai saat ini belum juga terealisasi. Menurut Lapar, Kades Rejosari, belum terealisasinya pembangunan jembatan di desanya dikarenakan belum cairnya ADD. “Saat ini ADD belum cair, sehingga kita belum bisa melakukan perbaikan. Kita tunggu saja,” tuturnya kepada Grobogan Today, Kamis(27/7).
Selain mengandalkan ADD, pihaknya juga mendapatkan bantuan dana aspirasi dari anggota dewan. Dia berharap warga sedikit bersabar menunggu pembangunan jembatan tersebut. “Selain menunggu ADD cair, juga menunggu gambar jembatan dari Dinas PUPR,” ungkapnya.
Kondisi Jembatan Membahayakan
Sungguh miris, warga Desa Rejosari, Kecamatan Kradenan , Kabupaten Grobogan harus mempertaruhkan nyawanya saat melintasi jembatan sepanjang 59 meter yang melintasi sungai Ngrowo. Bagaimana tidak, setiap hari mereka harus melewati jembatan diatasnya hanya berupa gelagar baja saja. Kalau tidak berhati-hati, sewaktu-waktu mereka bisa tercebur ke sungai.
Yang lebih miris lagi, saat gelagar belum terpasang. Saat banjir, siswa sekolah harus melintasi derasnya aliran sungai. “Biasanya diseberangkan orang tua mereka, namun jika tidak ada yang menyeberangkan mereka tidak berangkat sekolah,” tutur Isro Haryati, guru SD Negeri Rejosari 3.
Jembatan yang merupakan akses terdekat warga Desa Rejosari jika hendak ke Kradenan ini memang kondisinya dari tahun ke tahun sangat memprihatinkan. Menurut Saidi(56), warga setempat, tahun 70-an jembatan tersebut awalnya terbuat dari bambu, namun baru beberapa tahun jembatan hilang terbawa banjir. “Kalau hanyut, warga harus bergotong-royong membuat jembatan lagi. Padahal kalau sekolah SMP atau SMA lewat jembatan ini jauh lebih dekat,” tuturnya.
Menurutnya, sejak dibangun tahun 2014 lalu dan diberi gelagar diatas pilar jembatan untuk mempermudah akses warga, sudah banyak warga yang tercebur sungai saat mengendarai sepeda motor. Dari empat gelagar yang ada, roda kendaraan hanya bisa melintas pada satu gelagar dan tidak bisa beralih ke gelagar yang lain. Jadi butuh kehati-hatian lebih agar tidak tercebur sungai. “Rumah saya kan sangat dekat dengan jembatan. Jadi tahu pasti jika ada yang jatuh, terakhir kemarin ada yang sampai patah tulang,” tuturnya.
Sri yanto, salah seorang warga mengaku terpaksa melintas walaupun diliputi perasaan takut. “Mau bagaimana lagi, ini kan akses satu-satunya. Walaupun harus was-was karena jembatannya bergoyang-goyang. Apalagi kalau abis hujan, licin banget,” tuturnya. (iya)
Post a Comment
Post a Comment