Gagal Ginjal,Atlet Paralympic Juara Nasional Asal Grobogan Ini Butuh Uluran Tangan
GROBOGAN-Prasetyo Teguh Utomo merupakan salah
satu siswa yang berprestasi di bidang olahraga. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, tidak membuatnya berkecil hati. Berbagai prestasi
kejuaraan mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional pernah ia raih.
Putra kedua dari pasangan Harto dan
Aisih, warga Desa Boloh RT2 RW 7 , Kecamatan Toroh memiliki motivasi yang tinggi, walaupun
jauh dari kampung halaman di Grobogan, selama tiga tahun ia bersekolah di SMP
YPAC Surakarta. Ia berusaha menekuni
bidang olahraga. Banyak sekali prestasi yang telah dia raih selama menekuni
bidang Olahraga, khususnya Olahraga Balap Kursi Roda (Paralympic Difabel) di
ajang O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional). Mulai dari juara antar
kabupaten/kota, juara antar provinsi hingga juara 1 nasional yang membuatnya
memperoleh banyak piagam penghargaan dan medali emas.
Saat ini Prasetyo sudah duduk di kelas
10 , SMK Negeri 9 Surakarta. Ketika ia sedang semangat berlatih untuk mengikuti
Olimpiade Paralympic yang akan segera digelar, tiba-tiba jatuh sakit. “Awalnya,
gejala sakit hanya pusing, mual, muntah disertai kencing berwarna agak merah.
Hal ini membuat keluarga kami sangat khawatir,” jelas Yuyun Putri Aji, kakaknya.
Pada tanggal 31 Juli 2017 tepat di hari ulang tahunnya ke-17, Prasetyo dibawa ke RSUD
Ngipang Surakarta dan rawat inap selama 1 hari. Menurut pihak rumah sakit, ia
terkena gagal ginjal. “Betapa shock dan kagetnya keluarga kami mendengar kabar
tersebut. Pihak RSUD Ngipang Surakarta kemudian merujuk Prasetyo ke RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, tapi ibu menolak dan lebih memilih rujuk di RSUD Dr.
Soedjati Purwodadi,” tambah Yuyun.
Yuyun menjelaskan, di RSUD Dr. Soedjati
Purwodadi , adiknya ditangani dengan tahap awal melakukan transfusi darah yang
menghabiskan 4 kantong darah golongan B+. Selama 8 hari , harus terbaring di kasur. “Sampai saat
ini, cuci darah sebanyak dua kali. Yakni
tanggal 7 Agustus dan 10 Agustus 2017,”
terangnya.
Saat ini, pihak keluarga membutuhkan
uluran tangan para dermawan untuk biaya transplantasi/cangkok ginjal. “Bapak
juga cuma kerja sebagai buruh bangunan. Sambil menunggu uluran tangan dermawan,
adik saya harus berhadapan dengan mesin dialisis ginjal (cuci darah) setiap minggunya,”
tambah Yuyun.(iya)
Post a Comment
Post a Comment