Kisah Pencari Kayu Bakar di Grobogan yang Bekerja untuk Anaknya yang Lumpuh
GROBOGAN-
Di usianya yang sudah menginjak 18 tahun, seharusnya Triyono sudah bisa bekerja
layaknya remaja seusianya. Namun saat ini ia hanya tergolek di tempat tidur
tanpa bisa bicara sepatah kata pun. Kondisi ekonomi yang terbatas, membuat
orang tuanya menghentikan pengobatannya saat ia sudah menginjak usia 8 tahun. “Dokter
sudah angkat tangan dengan penyakit anak saya. Apalagi juga tidak ada biayanya,”
tutur Sutiyem(45), ibunya.
Tinggal di rumah
sederhana di Desa Tanggungharjo RT 4 RW 2 Kecamatan Grobogan bersama
kedua orang tuanya, yakni Rujono(60) dan Sutiyem(45). Rujono yang sering
sakit-sakitan tak mampu lagi bekerja, sedangkan
Sutiyem hanya seorang pencari kayu bakar di hutan dengan penghasilan tak
menentu.”Paling sehari dapat 10 ribu,” tuturnya.
Setiap pagi Sutiyem harus pergi ke hutan yang berjarak 10 kilometer
dari rumahnya. Sedangkan Rujono menunggu anaknya di rumah. Triyono hanya bisa
terbaring di depan televisi setiap hari.” Itu hiburan anak saya, baru dibelikan
seminggu yang lalu oleh tetangga yang iba kondisi anak saya. Sebelumnya
dengerin musik di hand phone,” tutur Sutiyem.
Saat ini Sutiyem menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya yang
menderita penyakit paru-paru sudah tak mampu lagi bekerja berat. “Dulu suami
sempat koma juga. Mau gak mau saya harus mencukupi kebutuhan keluarga. Kadang
juga dibantu anak,” tuturnya.
Ia mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Ia
hanya mengandalkan keringatnya sendiri untuk bertahan hidup. Ia berharap ada
dermawan yang mau membantu putra bungsunya. “Nanti kalau saya sudah tidak ada
bagaimana,” tuturnya sambil meneteskan air mata. (iya)
Post a Comment
Post a Comment