Penutupan Wisata Kedungombo Kejutkan Bupati
GROBOGAN- Tidak Ada angin tidak ada hujan, obyek wisata Waduk Kedungombo ditutup dan terlarang bagi aktivitas masyarakat. Portal besi dan pagar bekas bongkaran besi BRC ditata rapi dipintu gerbang yang biasa menjadi akses masuk obyek wisata terbesar di Kabupaten Grobogan tersebut.
Tidak ada kabar kecelakaan bagi penumpang kapal maupun wisata di obyek wisata yang mengandalkan wahana air. Namun, sebuah kertas dengan kepala surat Koperasi karyawan (Kopkar) Jratunseluna ditempel di beberapa titik. Selebaran yang ditandatangani Ketua Koperasi Kusbiyanto, Kamis 31 Agustus tidak memberi pilihan bagi pedagang maupun petugas parkir untuk berfikir dua kali.
Pasalnya, surat dengan tembusan Kepala BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Pamali Juana, Kepala Tata Usaha BBWSPJ sebagai penasehat koperasi dan Ketua Badan Pengawas Koprasi langsung berlaku Jumat 1 September atau sehari berikutnya.Tidak pandang bulu, kendati bertepatan libur Idul Adha surat yang ditempel di loket dan jalan masuk dituliskan Kepala BBWS Pamali Juana memerintahkan penghentian atas segala bentuk aktivitas kegiatan yang berhubungan dengan usaha Koperasi Unit Wisata Waduk Kedungombo.
Penutupan, tentu mengundang tandatanya bagi warga dan Bupati. Pasalnya, tidak terdengar masalah sebelumnya tiba-tiba obyek wisata terbesar di Kabupaten Grobogan yang dikelola BBWS Pamali Juana langsung ditutup.“Kok bisa ditutup bagaimana,” ungkap Bupati Sri Sumarni mempertanyakan.
Sebelumnya, obyek wisata kuliner air tawar dan wahana permainan air selalu ramai wisatawan baik dari Grobogan, Boyolali higga dari wilayah Solo.“Selama ini koperasi yang tangani . Yang nangani koprasi, koprasinya setornya gimana. Ini ada pendapata kemana. Jika ke kabupaten kelihatannya tidak ada, jika ke BBWS saya tidak tahu. Jadi saya ingin duduk bersama untuk mengetahui permasalahannya dimana,” tambah Bupati.
Keterkejutan juga dialami Trihadi Budi Sanyoto, Kepala Desa Rambat, Kecamatan Geyer. Ditemui di rumahnya, Trihadi mengaku terkejut karena penutupan dilakukan ketika libur panjang Idul Adha. Padahal, biasanya ratusan pengunjung bisa datang selama liburan.
“Saya juga bingung dan tidak tahu kenapa ditutup pas Idul Adha. Bukanya saat itu biasanya ramai pengunjung. Saya tidak tahu pasti masalahanya kenapa. Ada yang bilang persaingan bisnis, ada yang bilang dilaporkan ke penegak hukum. Saya belum tahu pasti, kapan-kapan saya memang mau ke Kedungombo tanya masalaha ini,” ungkapnya.
Pertanyaan ke pengelola, diperlukan karena pintu masuk obyek wisata berada di dukuh Kedung Miri, Desa Rambat. Kendati belum pernah ada pemberian hasil pengelolaan berupa corporate social responsibility (CSR) ke desanya. “Memang belum ada sepeserpun bantuan dari pengelola wisata BBWS ke desa. Tapi, pintu masuk wisata itu memakai 80 % lahan bengkok desa. Jadi perlu kita tahu masalah sebenarnya,” ungkap Trihadi.
Terkait pemberian CSR untuk membangun desa sudah bukan masalah bagi desa. Pasalnya, beberapa kali ditanyakan alibi pengelola lebih pada kebijakan ada di Kepala BBWS di Semarang. “Sudah beberapa kali kita sindir kepala Kedungombo maupun Kepala wisata Kedung ombo. Tapi alasanya mereka hanya bawahan jadi keputusan diatasan di Semarang,” tambahnya.
Kebingungan juga dirasakan pedagang. Tanpa pemberitahuan terlebih dahulu mereka langsung kehilangan tempat usaha. “Tidak diberitahu dulu dan tiba-tiba di tutup. Pedagang ada 200an dan tiap bulan bayar restibusi sewa lapak Rp 20 ribu. Sekarang kami harus jualan dipinggir jalan,” aku Saminem, pedagang ikan bakar yang kehilangan usahanya.(iya)
Haduhhhhhh kok bginia ya
ReplyDelete