Gereja Kaliceret, Gereja Tertua di Grobogan
TANGGUNGHARJO, Grobogantoday.com- Gereja tua dengan usia ratusan
tahun, saat ini masih kokoh berdiri di Desa Mrisi, Kecamatan Tanggungharjo,
Grobogan, Jawa Tengah. Gereja antik berukuran limabelas kali limabelas meter
dengan tinggi duabelas meter ini sebagian besar material bangunan terbuat dari
kayu jati tua,yang hingga kini masih terpelihara keasliannya. Mulai dari tiang,
dinding, mimbar, hingga kursi untuk jamaahnya. Namun sayang bangunan yang
merupakan cagar budaya ini kurang mendapatkan perhatian dari dinas terkait.
Perpaduan arsitektur Jawa dan Belanda terlihat pada bangunan yang
terletak di Jalan raya Gubug-Kedungjati ini. Ini terlihat dari hiasan depan bangunan gereja
yang terlihat seperti gerigi tajam tertata rapi serta tinggi bangunan gereja
yang menyesuaikan dengan kondisi cuaca lingkungan jamaat. Karena termakan usia, kondisi tempat duduk
jamaat dana atap gereja pun banyak yang sudah lapuk dan berlubang. Demikian
pula kondisi dinding bangunan, tak simetris lagi, karena kondisi pondasi yang
sudah tidak layak karena termakan usia. Namun gereja tua ini masih digunakan jamaat sebagai
tempat untuk merayakan hari natal setiap tahunnya.
Menurut Agus Tri Sarjoko,Pendeta Gereja
Kristen Jawa Kaliceret, gereja ini dibangun sejak tahun 1898. Gereja ini merupakan
gereja peninggalan Belanda yang belum pernah direnovasi. Sebelum kemerdekaan,
para pendata berasal dari Jerman dan Belanda, namun setelah kemerdekaan dilanjutkan
pendeta asli dari jawa, yakni yusafat siswodarmo. “Dulu sebelum kemerdekaan
pendetanya dari Jerman dan Belanda. Kemudian diteruskan pendeta asli jawa. Kemudian
Karsan Suharsono serta sejak 1998 hingga sekatrang melanjutkannya,” jelas Agus
Tri Sarjoko.
Selain untuk tempat
beribadah, gereja ini juga sempat dijadikan sebagai tempat untuk penampungan
tahanan pada masa penjajahan Belanda. Selain bangunan gereja, juga terdapat
lonceng yang berusia ratusan tahun. Lonceng tersebut merupakan hadiah dari
negara Jerman pada 1912 yang hingga kini masih terpelihara. “Lonceng tersebut
kemudian diberi nama lonceng rahmat, karena lonceng tersebut digunakan sebagai
sarana untuk memanggil jamaah untuk beribadah,” tambah Agus.
Gereja Kristen Jawa Kaliceret ini dijadikan sebagai salah
satu cagar budaya oleh Pemerintah Kabupaten namun hingga kini tidak ada
perhatian dari pemkab untuk perbaikan gereja tersebut. “Beberapa kali pihak
gereja mengajukan perbaikan. Namun tak kunjung ada perhatian. Kita berharap ada
pehatian dari pemkab agar salah satu cagar budaya ini tetap lestari dan terjaga
keasliannya,” imbuhnya. (RE)
Post a Comment
Post a Comment