Kades Rejosari Berhasil Sulap Jembatan Maut
KRADENAN,
Grobogantoday.com- Warga Desa Rejosari, Kecamatan Kradenan tak akan
merasakan lagi jantung berdebar-debar saat berkendara melintas di atas
pilar baja dengan lebar 20 centimeter di ketinggian 8 meter di atas sungai
Ngrowo. Hal ini lantaran, pemerintah Desa Rejosari berhasil membangun jembatan
dengan bentang 36 meter dan lebar 3,4 meter dan tinggi hingga 8 meter di atas
sungai. Jembatan ini berhasil dibangun selama tiga tahun, dengan
mengeluarkan dana sebesar Rp 540 juta. Demikian diungkapkan Lapar, Kades
Rejosari saat ditemui di lokasi pembangunan, Kamis(4/1/2018).
“Pembangunan jembatan ini menggunakan anggaran tahun
2015 senilai Rp 100 juta, tahun 2016 senilai Rp 140 juta dan tahun 2017 senilai
Rp 200 juta ditambah bantuan dana inspirasi dewan Rp 100 juta, saat ini
memasuki tahap akhir,” katanya.
Lapar menjelaskan, pembangunan baru bisa
diselesaikan karena jembatan dibangun menggunakan alokasi dana desa (ADD).
“Jembatan jebol saat saya dilantik. Dan pekerjaan saat ini telah selesai
dibangun. Memang perlu tiga tahun karena hanya menggunakan dana ADD karena Desa
Rejosari memang desa yang tidak banyak pabrik sehingga minim bantuan,”
ungkapnya.
Pembangunan jembatan yang sempat dipertanyakan warga
karena terkesan lama, selesai setelah adanya bantuan dana aspirasi dari dewan
Kabupaten Grobogan senilai Rp 100 juta. “Total biaya hanya Rp 540 juta. Jika
ditanya dana segitu kok bisa jadi jembatan, itu karena semangat warga ingin
memiliki jembatan yang memang selama ini menghubungkan beberapa dukuh serta
menjadi jalan pintas ketika keluar desa menuju Kecamatan Kradenan,” tambahnya.
Namun, secara teknis, penghematan besar bisa dilakukan
karena tidak harus mengeluarkan biaya sewa scuffolding. “Saat pembetonan kita
pakai teknik penyekatan saja. Pilar kita satukan dengan jembatan sehingga tidak
perlu keluar biaya sewa scuffolding. Itu sudah bisa menghemat biaya banyak,”
tambahnya.
Lapar menambahkan, sebenarnya digambar yang telah
dibuatkan Dinas PUPR jembatan hanya memiliki lebar 3 meter saja. Namun olehnya
diperluas menjadi 3,4 meter tanpa mengurangi kualitas bangunan. “Dari pada
jembatannya sempit, kalau lewat juga susah. Makanya sekalian saya buat lebih
lebar. Dari dinas malah senang, bangunan lebih bagus,” ungkapnya.
Sebelumnya, warga Desa Rejosari, Kecamatan Kradenan ,
Kabupaten Grobogan harus mempertaruhkan nyawanya saat melintasi jembatan
sepanjang 36 meter yang melintasi sungai Ngrowo. Bagaimana tidak, setiap hari
mereka harus melewati jembatan diatasnya hanya berupa gelagar baja saja.
Kalau tidak berhati-hati, sewaktu-waktu mereka bisa tercebur ke sungai.
Yang lebih miris lagi, saat gelagar belum terpasang.
Saat banjir, siswa sekolah harus melintasi derasnya aliran sungai. “Biasanya
diseberangkan orang tua mereka, namun jika tidak ada yang menyeberangkan mereka
tidak berangkat sekolah,” tutur Isro Haryati, guru SD Negeri Rejosari 3.
Jembatan yang merupakan akses terdekat warga Desa
Rejosari jika hendak ke Kradenan ini memang kondisinya dari tahun ke tahun
sangat memprihatinkan. Menurut Saidi(56), warga setempat, tahun 70-an
jembatan tersebut awalnya terbuat dari bambu, namun baru beberapa tahun
jembatan hilang terbawa banjir. “Kalau hanyut, warga harus bergotong-royong
membuat jembatan lagi. Padahal kalau sekolah SMP atau SMA lewat jembatan ini
jauh lebih dekat,” tuturnya.
Menurutnya, sejak dibangun tahun 2014 lalu dan diberi
gelagar diatas pilar jembatan untuk mempermudah akses warga, sudah banyak warga
yang tercebur sungai saat mengendarai sepeda motor. Dari empat gelagar yang
ada, roda kendaraan hanya bisa melintas pada satu gelagar dan tidak bisa beralih
ke gelagar yang lain. Jadi butuh kehati-hatian lebih agar tidak tercebur
sungai. “Rumah saya kan sangat dekat dengan jembatan. Jadi tahu pasti jika ada
yang jatuh, terakhir kemarin ada yang sampai patah tulang,” tuturnya.
Sri yanto, salah seorang warga mengaku terpaksa
melintas walaupun diliputi perasaan takut. “Mau bagaimana lagi, ini
kan akses satu-satunya. Walaupun harus was-was karena jembatannya
bergoyang-goyang. Apalagi kalau abis hujan, licin banget,” tuturnya.(RE)
Post a Comment
Post a Comment