Petani Grobogan Berharap Pemerintah Tak Impor Beras
PENAWANGAN,Grobogantoday.com- Panen raya di Desa Ngeluk,
Penawangan, Kamis (11/1) pagi tak seperti biasanya. Panen raya kali ini, petani disambangi para
pejabat Kementerian Pertanian Provinsi Jawa Tengah. Pada kesempatan itu, Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan Provinsi Jawa Tengah, Dr.
Ir. Muhammad Syakir didampingi Ka Dinas Pertanian Grobogan, Ir. Edhie
Sudaryanto, MM, Dandim 0717 Letkol Arm Teguh Cahyadi, serta perangkat kecamatan
Penawangan dan desa Ngeluk ikut meramaikan acara panen raya tersebut.
Muhammad
Syakir,Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan Provinsi
Jawa Tengah mengapresiasi produksi padi di Kabupaten Grobogan yang terus surplus. Lahan yang siap dipanen seluas
60 hektar terletak di hamparan sekitar 278 ha milik para kelompok tani yakni
kelompok tani Subur Makmur, kelompok tani Suka Karya dan kelompok tani Suka
Makmur. “Sebagian varietas yang ditanam adalah varietas Ciherang dengan
rata-rata produksi 7-9 ton/Ha GKP,” jelasnya.
Muhammad
Syakir menjelaskan, sistem tanam yang
dikerjakan petani di Desa Ngeluk ini menggunakan sistem jajar legowo 5:1
yang ditanam secara manual. Hanya sebagian kecil sekitar 5% yang menggunakan
sistem tanam transplaster karena petani kesulitan menggunakan persemaian Dapog.
“Sumber air di Desa
Ngeluk ini selalu tersedia sepanjang waktu yang bersumber dari Waduk Kedungombo
sehingga petani dapat melaksanakan tanam sebanyak tiga kali dalam setahun
dengan pola tanam yang biasa mereka terapkan yakni padi-palawija-padi atau
padi-padi-palawija,” tambahnya.
Kelancaran
panen para petani ini juga terbantu setelah adanya bantuan pompa air yang dapat
mengairi persawahan seluas 492 Ha tersebut.Dengan kehadiran para
pejabat di lingkungan pertanian ini, para petani mengharapkan agar pemerintah
tidak melakukan impor beras. “Saat ini petani sudah mulai panen jadi kami
meminta agar pemerintah tidak perlu impor beras karena berdampak pada harga
panen,” tutur Suwaji, ketua Gapoktan Suko Makmur pada saat sesi tanya jawab.
Menurut
para petani harga GKP saat ini ditingkat penabas Rp 4.500,- per kg. Sementara
di tingkat pengumpul Rp 5.500/kg. Harga tersebut selisih Rp 1.800,- dari HET
yang ditetapkan pemerintah yakni Rp 3.700/kilogramnya.
Dalam kegiatan ini
pula, Muhammad Syakir memberikan bantuan kepada para petani berupa bibit padi
varietas Ciherang Plus (Impari 30). “Ini adalah varietas padi terbaru.
Kelebihan varietas ini, umurnya lebih pendek, lebih tahan hama dan genangan,
dan hasilnya lebih tinggi,” kata Syakir.
Selain
memberikan bantuan berupa benih padi, Balitbang Kementan Provinsi Jateng akan
meningkatkan bantuan yang dibutuhkan petani dalam rangka ikut menyukseskan
program Tiada Hari Tanpa Panen yang diterapkan Kementan.
“Dengan dukungan
peralatan dan sarana modern maka sudah bisa dilihat hasilnya, yaitu hampir tiap
bulan petani bisa panen padi. Seperti saat ini, ada petani yang panen pada bulan
Januari. Sebelumnya, belum pernah petani disini panen pada awal tahun,”
pungkasnya. (TYA/RE)
Post a Comment
Post a Comment