Sendang Tempat Bertemunya Jaka Tarub dan Bidadari
SENDANG BIDADARI: Salah satu tempat keramat yang diyakini sebagai tempat mandi bidadari, berada di Dusun Serman, Desa Pojok, Kecamatan Tawangharjo. |
TAWANGHARJO,
Grobogantoday.com-
Salah satu tempat keramat yang diyakini sebagai tempat mandi bidadari yakni Sendang Bidadari. Sendang tersebut terletak kurang lebih satu kilometer dari
makam Ki Ageng Tarub atau Jaka Tarub tersebut, yakni berada di Dusun Serman,
Desa Pojok, Kecamatan Tawangharjo, Grobogan, diantara rimbunnya hutan jati. Selain
dianggap sakral, sendang ini memiliki sejarah panjang dengan keberadaan
bidadari Dewi Nawangwulan yang menjadi istri Jaka Tarub . Di tempat inilah pertemuan
antara Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulang berlangsung hingga membina rumah tangga
di Desa Tarub.
Menurut KRT Hastono Adipura, juru kunci
makam Ki Ageng Tarub, sendang dengan luas
kurang lebih 15 X 10 meter ini pada jaman dahulu merupakan sumber mata air yang
berada di bawah pohon telogo sari. Kini pohon tersebut juga masih ada. Saat ini,
di dekat pohon telogosari dibuatkan bak penampungan air guna menampung air yang
keluar dari sumber untuk keperluan ritual. Meski berada di tempat yang gersang,
sumber air yang keluar dari Sendang Bidadari konon mampu membuat seluruh hutan
yang ada di sekitarnya menjadi telaga. Konon ceritanya sumber mata air Sendang Bidadari ditutup dengan menggunakan serabut aren dan
Gong.“Sendang Bidadari sarat dengan cerita legenda dan mistis,” tegas Hastono.
Selain menjadi tempat khusus bagi Dewi Nawangwulan
untuk keperluan sehari-hari, di atas sumber mata air sengaja ditanami Dewi
Nawangwulan sebuah pohon yang bernama pohon Tlogosari sebagai tetenger atau
pertanda keberadaanya.
POHON BERTUAH: Konon kayu Tlogosari mampu dipergunakan sebagai media ritual pemanggilan Kanjeng Ratu Kidul, pada saat seseorang hendak menghadap sang ratu. |
Hastono menambahkan, sejak perkawinannya
dengan Jaka Tarub, Dewi Nawangwulan berubah wujud menjadi manusia, karena
selendang sakti yang dimilikinya disimpan di dalam lumbung padi oleh Jaka
Tarub. Saat Dewi Nawangwulan menanak nasi, ia hanya membutuhkan sebutir padi untuk menjadi sedandang nasi yang
bisa ia makan sekeluarga. Dandang ajaib tersebut diberi nama dandang sedudo. Dandang
tersebut hingga kini masih disimpan di keraton Surakarta.
Setelah dikaruniai seorang putri yang
bernama Dewi Nawangsih, Jaka Tarub melupakan larangan sang istri agar tak membuka
tutup dandang sedudo. Saat sang istri pergi mencuci, Jaka Tarub membuka tutup dandang tersebut.
Jaka Tarub akhirnya mengetahui bahwa selama ini yang ditanak istrinya ternyata hanya
seulir padi. “Sejak saat itu padi yang tersimpan di dalam lumbung sedikit demi
sedikit mulai habis, karena Dewi Nawangwulan harus menanak nasi dengan ukuran
biasa pada umumnya, akibat pantangan membuka tutup dandang sedudo dilanggar
oleh suaminya,” jelas Hastono.
Lama kelamaan padi yang ada di dalam
lumbung mulai habis. Maka, terlihatlah selendang bidadari milik Dewi
Nawangwulan yang akhirnya membuat Nawangwulan pamit kembali ke kahyangan
meninggalkan anak dan suaminya. Dewi Nawangsih yang lahir dari rahim sang
bidadari akhirnya diperistri oleh Bondan Kejawan, putra Prabu Brawijawa yang
dititipkan dan diasuh oleh Jaka Tarub. Perkawinanya dengan Raden Bondan Kejawan
kelak akan menjadikan anak turun mereka menjadi raja raja di tanah Jawa. “Kekuatan
Tuah air yang terkandung dari dalam Sendang Bidadari berkat sabda dan daya
kesaktian Dewi Nawangwulan,” ujar juru kunci makam Jaka Tarub.
Selain sering dipakai untuk keperluan ritual,
air yang berasal dari sendang Bidadari seringkali juga dipakai untuk menyembuhkan
penyakit dan tolak bala. Keraton Kasunanan Surakarta pada saat pelaksanaan
tradisi menanak nasi dengan dandang sedudo juga mengambil air langsung dari Sendang
Bidadari.
Selain sumber mata air yang dikeramatkan,
pohon Tlogosari juga memiliki tuah yang sangat kuat. Meski tumbuh bergerombol layaknya pohon pada
umumnya, namun pohon ini memiliki tuah ghaib yang sangat kuat. Pohon ini tak
bisa tumbuh di tempat lain. Konon kayu Tlogosari mampu dipergunakan sebagai
media ritual pemanggilan Kanjeng Ratu Kidul, pada saat seseorang hendak
menghadap sang ratu. Selain diburu dengan harga yang sangat mahal, cara
pengetesan kayu Tlogosari juga sangat aneh. Batang kayu Tlogosari pada saat
dibakar konon asap yang keluar dari batang kayu akan berdiri tegak, meski
tertiup angin sekalipun. (RE)
uapik e boss
ReplyDelete