Warga Getasrejo Keluhkan "Hujan Abu" dari Pabrik Tahu
Ilustrasi |
Abu hitam pekat itu diduga merupakan limbah pembakaran ban bekas yang timbul dari aktivitas pabrik yang ada di tengah permukiman warga Dusun Sanggrahan RT 3 RW 1.
Limbah pembakaran ban yang berterbangan dari cerobong asap pembuangan pabrik tersebut menempel di semua bagian rumah warga, pakaian yang sedang dijemur, sehingga harus dibersihkan setiap hari.
Seorang warga yang terdampak langsung oleh pencemaran diduga limbah ban tersebut, Susi, mengatakan dampak yang dirasakan warga yakni debu.
"Jadi seperti hujan debu (abu) berwarna hitam. Jadi debunya itu nempel ke cucian, hingga lantai berwarna hitam. Harus berulang kali membersihkan rumah," ungkapnya.
Kondisi itu, kata Susi, sudah berlangsung sejak tiga tahun lalu. Pencemaran dari pabrik tersebut sangat dirasakan terutama saat mulai produksi.
"Buat pencemaran itu paling terasa mulai produksi, apalagi terbawa angin. Dugaan ini pabriknya pakai ban bekas, terlihat asapnya itu keluar dari cerobong," tuturnya.
Warga lainnya, Rondhi, mengatakan akibat pencemaran limbah dari pabrik di dekat rumahnya, anaknya yang baru bangun tidur mukanya terlihat hitam. Apalagi saat ada tamu berkunjung ke rumahnya, saat melepas alas kaki, telapak kakinya berwarna hitam.
"Teman-teman yang ke sini pasti ngomong, kakinya berwarna hitam," ungkapnya.
Sugito, Ketua RT 4 mengaku, sekitar 30 warganya juga terdampak adanya pabrik tahu tersebut. Menurutnya, sekitar setahun yang lalu pihak Dinas Lingkungan Hidup sudah pernah mengecek lokasi, namun pihak pabrik masih membandel.
"Jemuran hitam semua. Sebagai warga memilih diam, tetapi yang didiamkan gak tahu," ungkapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Grobogan, Agus Prastowo saat dikonfirmasi mengaku berterima kasih dan akan segera menindaklanjutinya. "Segera kita tindaklanjuti," tegasnya.
Post a Comment
Post a Comment